Rabu, 22 Juli 2020

APA ITU TARIKH...?



Ketika belajar di pondok pesantren salaf, salah satu mata pelajaran yang diajarkan, yakni tarekh. Tak hanya di pondok pesantren, ilmu tarekh atau tarikh juga menjadi salah satu mata pelajaran wajib di lembaga pendidikan Islam.

Tarikh secara bahasa berarti ketentuan waktu. Secara pengertian tarikh adalah ilmu yang menggali peristiwa-peristiwa masa lampau agar tidak dilupakan. Ilmu tarikh sepadan dengan pengertian ilmu sejarah pada umumnya.

Awalnya, tarikh bermakna penetapan bulan kemudian meluas menjadi kalender dalam pengertian umum. Dalam perkembangan selanjutnya, tarikh bermakna pencatatan peristiwa. Semakin maju, ilmu tarikh menjadi lebih luas dan beragam sesuai dengan perkembangan teknologi pencatatan itu sendiri.

Beberapa pembagian ilmu tarikh, di antaranya peristiwa sejarah secara umum, seperti Tarikh at-Tabari, Tarikh Ibn Asr, kemudian biografi seperti Mu’jam Ibnu Khallikan, pembukuan peristiwa tahun demi tahun (hauliyyat), pembukuan berita-berita secara kronologis (khabar), dan silsilah.

Kedudukan ilmu tarikh pada awalnya bukan menjadi perhatian utama para ulama. Baru antara tahun 170-194 H, saat ulama dan pemikir Islam mengenal klasifikasi ilmu, ilmu tarikh mulai dimasukkan sebagai salah satu cabang ilmu. Meskipun saat itu ilmu tarikh tidak berdiri sendiri namun masih menjadi bagian dari ilmu lain.

Para ulama juga tidak sama memandang klasifikasi ilmu tarikh. Misalny, Ibnu Nadim dalam al-Fihrist menempatkan ilmu tarikh di antara bab-bab mengenai bahasa Arab dan sastra. Al-Khawarizmi menempatkan ilmu tarikh sebagai bagian dari enam pengetahuan ilmu agama, yakni fikih, akidah, bahasa Arab, menulis, sastra, dan khabar.

Dalam kitab Rasail Ikhwani as-Safa ilmu biografi dan tarikh dipandang sebagai ilmu dasar sederajat dengan menulis, membaca, bahasa Arab, dan puisi. Ilmu yang lebih tinggi dari itu merupakan ilmu agama. Ibnu Hazm dalam Maratib al-Ulim wa Kaifiyyah Talabuha bahkan memasukkan tarikh ke kurikulum persiapan dari ilmu fisika, matematika, dan linguistik.

Ilmu tarikh yang terus berkembang tidak lepas dari beberapa dorongan. Alquran banyak menyajikan kisah-kisah yang bertujuan dijadikan teladan bagi manusia. Selain itu, ada perintah untuk memperhatikan tarikh sebagai pelajaran. Seperti, dalam surah ar-Ruum ayat 9. “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat oleh orang-orang sebelum mereka...”

Kemudian, adanya kebutuhan untuk menghimpun hadis karena ajaran Islam yang terkandung di dalam Alquran mengenai ibdah dan muamalat masih bersifat umum. Penulisan hadis merupakan perintis jalan menuju perkembangan ilmu tarikh. Setelah muncul ilmu hadis, muncul juga metode kritik hadis untuk menyeleksi hadis yang benar dan salah.

Metode kritik ini juga menjadi metode kritik tarikh paling awal. Kemudian, adanya kitab-kitab as-Sirah (biografi Nabi Muhammad SAW) oleh para ulama hadis agar keteladanan Nabi bisa diikuti oleh umat Islam. Sejak itu, penulisan tarikh semakin berkembang.

Pada masa sebelum Islam dan awal kebangkitan Islam, para sahabat belum menulis tarikh. Semua peristiwa sejarah dan hadis disimpan dalam ingatan dan disebutkan berulang karena mereka menganggap kemampuan mengingat lebih terhormat.

Hadis Nabi, biografi, dan keadaan tertentu untuk tujuan agama baru ditulis pada akhir abad ke-1 H dan awal abad ke-2 H setelah wilayah kekuasaan Islam meluas. Masa itu disebut sebagai awal penulisan tarikh Islam. Perkembangan ilmu tarikh mencapai puncaknya pada abad ke 9 dan 10 pada Dinasti Abbasiyah.
Pada awal abad ke-3 H, penulisan tarikh di dunia Islam berkembang pesat didorong oleh penggunaan kertas yang diprodukasi di Baghdad pada 795 M. Pada masa itu sejarawan Muslim mulai menulis tarikh umum. Memasuki abad ke-4 perhatian sejarah lebih diarahkan pada tarikh politik daripada agama. Tarikh politik menjadi alat propaganda dan objektivitasnya mulai berkurang karena kebanyakan ditulis dari kalangan istana.


Jumat, 27 Maret 2020

DAARUL ARQAM


#Bagian 35

‎بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 
‎اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Darul Arqam

Waktu terus berjalan. Kegigihan dakwah Rasulullah ﷺ mulai berbuah, sedikit demi sedikit, para pemeluk Islam mulai bertambah. Rumah Rasulullah yang kecil itu mulai terasa sempit. "Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika kita memindahkan tempat pertemuan ke rumahku," usul Arqam. "Rumahku cukup luas untuk menampung jumlah kita yang sudah puluhan orang. Lagi pula, letaknya ada di puncak bukit. Orang-orang jahat tidak mudah mencapai tempat itu untuk mengganggu kita."

Rasulullah pun setuju. Oleh karena itu, pertemuan setiap malam pun pindah ke rumah Arqam. Sebagian pemeluk Islam waktu itu adalah orang-orang lemah : para budak, buruh, orang miskin, perempuan-perempuan fakir, serta orang tertindas lain. Sisanya adalah golongan orang terpelajar dan pedagang kaya.


LANJUT BACA >>

SYAHIDAH PERTAMA DALAM ISLAM


#Bagian 34

‎بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 
‎اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Syahidah Pertama

Sabar, demikian sabda Rasulullah ﷺ, setiap kali para pengikutnya mengadukan penderitaan mereka. Saat itu memang tidak ada lagi yang dapat diperbuat selain sabar sampai mati. Sabar yang demikian membuat para pemeluk Muslim pertama sanggup menanggung derita siksa di luar batas kemampuan fisik manusia.

Khabbab bin Al Arat pernah meminta agar Rasulullah ﷺ  berdo'a kepada Allah dalam menghadapi penindasan ini. Mendengar ini, Rasulullah  duduk dengan wajah merah padam seraya bersabda, "Sungguh telah terjadi sebelum kamu, ada orang yang disisir badannya dengan sisir besi hingga dagingnya mengelupas dan terlihat tulang-tulangnya. Akan tetapi, ia tetap teguh memegang keyakinannya.

Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menyempurnakan urusan ini sampai seorang penunggang kuda berjalan dari Shan'a ke Hadramaut dan ia tidak takut kecuali kepada Allah. Ingatlah, serigala akan tetap ada di tengah-tengah gembalaan, hanya saja kalian lengah."


SAHABAT YANG TANGGUH


#Bagian 33

‎بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 
‎اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Bilal bin Rabbah

Beberapa pengikut Rasulullah yang pertama berasal dari kalangan miskin dan lemah. Ajaran Islam yang melarang penindasan membuat banyak budak dengan segera menjadi seorang Muslim. Namun, jika tuan mereka tahu akan hal ini, para budak itu dipaksa harus memilih : Kembali menyembah berhala atau disiksa habis-habisan.

"Lemparkan dia dan baringkan tubuhnya di atas pasir !" raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi. Rupanya, ia sangat murka mengetahui seorang budaknya, Bilal bin Rabbah, menjadi pengikut Rasulullah. Lebih murka lagi ia ketika tahu bahwa Bilal, si pemuda hitam itu, lebih memilih menghadapi siksa dan membangkang kehendaknya daripada harus keluar dari agama barunya itu. Orang-orang suruhan Umayyah membuka seluruh baju Bilal.



DAHSYATNYA IMAN



#Bagian 32

‎بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 
‎اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Dahsyatnya Iman

Abu Thalib memanggil Rasulullah dan berkata, "Muhammad, orang-orang Quraisy kembali datang padaku dan mengatakan, 'Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang terhormat dan terpandang di kalangan kami. Oleh karena itu, kami meminta baik-baik kepadamu untuk menghentikan keponakanmu itu, tetapi tidak juga engkau lakukan. Ingatlah, kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-berhala kita. Suruh diam dia atau kami lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa!

Abu Thalib memandang wajah keponakannya lekat-lekat, hampir seperti memohon, lalu katanya, "Jagalah Aku, Nak. Jaga juga dirimu. Jangan Aku dibebani dengan hal-hal yang tidak dapat kupikul "

Rasullullah tertegun. Beliau tahu, pamannya seolah sudah tidak berdaya lagi membelanya. Pamannya hendak meninggalkan dan melepasnya. Sementara itu, kaum muslimin masih lemah dan belum mampu membela diri. Namun, semua diserahkan pada kehendak Allah.

Rasullullah bertekad untuk terus berdakwah. Lebih baik mati membawa iman daripada menyerah atau ragu-ragu. Oleh karena itu, dengan seluruh kekuatan jiwa, Rasulullah berkata, "Paman, demi Allah, kalau pun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan. Biar nanti Allah yang akan membuktikan apakah kemenangan itu ada di tanganku atau aku binasa karenanya."


LANJUT BACA >>

MEMINTA MUKJIZAT NABI SAW


# Bagian 31

‎بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

‎اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد


MEMINTA MUKJIZAT


Bersungguh-sungguh atau hanya sekedar mengejek, orang-orang Quraisy sering meminta mukjizat kepada Rasulullah. "Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pasti akan beriman kepadamu !" demikian seru salah seorang dari mereka kepada Rasulullah.

"Muhammad ! Kalau engkau benar benar Rasulullah, mintalah Tuhan agar menyulap Bukit Shafa dan Marwa menjadi bukit-bukit emas !" seru yang lain.

"Ya, itu benar ! Tetapi kalau Tuhanmu tidak sanggup membuat bukit emas, cobalah turunkan ayat-ayat Allah itu dalam sebuah kitab yang diturunkan langsung dari langit ! Itu pun sudah akan membuat kami beriman !" Rasulullah tidak menanggapi permintaan-permintaan aneh itu. Melihat Rasulullah yang tetap diam dan tenang, orang-orang Quraisy jadi semakin kesal. 

Dari waktu ke waktu, sering di muka umum dan disaksikan orang banyak, mereka mengajukan permintaan-permintaan lain yang lebih mustahil.

"Muhammad, kami dengar engkau sering membicarakan Jibril. Mengapa engkau tidak menampakkan Jibril di hadapan kami agar kami yakin ?"

"Muhammad, kalau Tuhanmu memang sehebat yang engkau katakan, mintalah Ia menghidupkan orangtua-orangtua kami yang sudah mati !"

"Muhammad, katamu engkau membawa agama kasih sayang buat seluruh alam ! Kalau begitu, mintalah Tuhanmu agar memunculkan mata air yang lebih sedap dari sumur Zamzam ! Bukankah engkau tahu bahwa penduduk Mekah sangat memerlukan air ?" "Ya, setidaknya mintalah Tuhanmu melenyapkan bukit-bukit yang mengurung Mekah agar kota ini dapat mudah dicapai orang dari arah mana pun !"


LANJUT BACA >>

SERUAN NABI DARI ATAS BUKIT SHAFA


# Bagian 30

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
‎اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

SERUAN NABI DARI ATAS BUKIT SHAFA


Rasulullah ﷺ menaiki Bukit Shafa. Kemudian dengan suara lantang, beliau memanggil-manggil,
"Wahai orang-orang Quraisy !
Wahai orang-orang Quraisy !"

Penduduk Mekah yang sibuk dengan urusannya terkejut dan menoleh. 
"Muhammad berseru dari atas Shafa !" seru mereka. Seketika, orang-orang datang berduyun sambil bertanya-tanya khawatir, "Ada apa ?"

Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya. "Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di balik-bukit ini ada pasukan berkuda yang siap menyerbu. Percayakah kamu kepadaku ?"  tanya Rasulullah ﷺ.

"Kami percaya !" jawab orang-orang yang di berkerumun itu."Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah kami mendengar engkau berdusta." Rasulullah ﷺ menarik napas dan menyampaikan seruannya, "Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang amat berat ! Wahai orang-orang Quraisy, Allah memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada kalian bahwa yang terbaik bagi kehidupan dunia dan akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasulullah."



LANJUT BACA >>

Jumat, 20 Maret 2020

MASYARAKAT ARAB JAHILIYAH



-بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

‎اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Nenek Moyang Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.

"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim.
Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat.
Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk !" Demikian keputusan Hasyim.

Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat itu makanan amat sulit didapat.

" Terima kasih, wahai Hasyim ! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini ! " seru penduduk Mekah. Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang  datang dan pergi silih berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi mereka.

JAZIRAH ARAB







‎-بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 


JAZIRAH ARAB

Hasil gambar untuk jazirah arab

Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas gurun pasir.
Ada banyak tanah subur yang telah dihuni sejak lama.
Tanah-tanah subur itu terutama terletak di daerah pantai, seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan Ahsa.

Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah wilayah subur lain bernama Najd.

Wilayah ini dikenal sebagai tempat asal kuda Arab yang termahsyur di mana-mana.
Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil gandum.

Demikian banyak gandum yang dihasilkan sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Jazirah Arab yang ketika Nabi Muhammad dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta - 12 juta jiwa.



BELAJAR SIRAH NABAWIYYAH - PENDAHULUAN





Hasil gambar untuk bismillahirrahmanirrahim png

Hasil gambar untuk assalamualaikum arab png



Hai hai hai ... apa kabar semuanya...?
Semoga kita semua dilindungi Allah swt yaa...

Yuk mari kita panjatkan segala pujian bagi Allaah swt yang terus menerus tanpa henti sekaligus ga pernah bosen memberikan kebaikan-kebaikan buat kita semuanya, hingga kita bisa berjumpa dalam kesempatan kali ini, meskipun hanya melalui media tulis ini...

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada pemimpin umat akhir zaman, penebar kebaikan pembawa cahaya yang terang benderang, tidak lain dan tidak bukan, adalah manusia Agung, Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabatnya serta kepada pengikut setianya hingga akhir zaman. Dan semoga kita semua masuk ke dalam barisan ummat yang dipimpin Beliau saat hari kebangkitan kelak... Aamiin Yaa Rabb...

Atas izin Allaah swt, alhamdulillaah kita diberikan kesempatan untuk mengkaji ayat-ayatnya, baik berupa ayat Qauliyyah ataupun Kauniyyah. Salah satu ayat yang akan kita bahas adalah perjalanan Sirah Nabinya yang terangkum dalam tulisan-tulisan di blog ini, dengan judul "BELAJAR SIRAH NABAWIYYAH" In sya Allaah secara berurutan kita akan membahasnya...

Tau ga kenapa kita harus mempelajari Sirah Nabawiyyah ini...? hoyaa dijawab yaa....

Kuylah kita mulai belajar Sirah Nabawiyyah dari awal, oke let's gooo

Eits, jangan lupa kita mulai belajar kita dengan "Basmalah" bersama-sama 

"Bismillaahirrahmaanirraahiim..."