Rabu, 16 Januari 2013

BERMIMPI DAN BEKERJA



laskar pemimpi, BUSUR creative community


Ada orang yang seharian bekerja, ada yang seharian bermimpi dan ada yang mengawali hari
dengan bemimpi kemudian mengisi sisa harinya dengan bekerja untuk mewujudkan mimpinya.
Salah satu dari tiga jenis orang ini pasti ada yang cocok dengan Anda, tetapi yang mana ?

Perusahaan tempat Anda bekerja pasti menginginkan Anda menjadi orang jenis pertama, yaitu orang yang
mengisi harinya dengan bekerja dan bekerja. Orang yang tidak berfikir neko-neko, waktu dan pikirannya
terkooptasi penuh oleh dunia kerjanya sehingga tidak sempat berfikir yang lain.
Kalau toh mempunyai cita-cita, cita-citanya sebatas jenjang karir yang sudah diplot di instansi atau perusahaan tempatnya bekerja.

Karena perusahaan atau instansi suka dengan orang yang seperti ini, mereka menyebut Anda sebagai karyawan atau pegawai yang berdedikasi tinggi.Tidak ada yang salah dengan ini, bila ini memang pilihan Anda dengan sadar bahwa inilah yang hendak Anda lakukan sampai akhir karier Anda. Yang perlu Anda pikirkan tinggal bagaimana atau apa yang Anda akan lakukan ketika karier Anda berakhir ? Ketika pengabdian Anda dipandang cukup sudah oleh perusahaan atau instansi tempat Anda bekerja ?, ketika dedikasi Anda sudah tidak diperlukan lagi !.

Golongan kedua adalah orang yang bermimpi sepanjang hari. Dia tidak harus pengangguran, bisa saja dia
punya pekerjaan full time yang menyibukkan fisik dia sepanjang hari - tetapi hati dia di tempat yang lain. Dia
bekerja hanya untuk memperoleh gaji, status atau motif yang lain. Dia memiliki mimpi-mimpi yang tidak nyambung dengan pekerjaannya, tetapi juga tidak punya keberanian untuk meninggalkan pekerjaan dan mewujudkan mimpi-mimpinya.

Orang jenis kedua ini biasanya nanggung, atasan tempat Anda bekerja mudah melihat Anda sebagai karyawan yang kurang berdedikasi. Sebabnya adalah Anda tidak terlalu excited dengan pekerjaan dan jenjang karier Anda, Anda punya mimpi yang lain.

Bila Anda masuk kategori orang yang kedua ini, Anda harus fair kepada tempat Anda bekerja dan juga pada diri Anda. Anda tidak bisa berlama-lama dengan kondisi mendua demikian, suatu saat Anda harus putuskan.

Anda bisa putuskan mimpi Anda, dan fokus pada pekerjaan Anda. Atau Anda putuskan pekerjaan Anda untuk mengejar mimpi-mimpi Anda. Bila yang pertama yang Anda pilih, maka Anda akan menjadi orang jenis pertama lengkap dengan konsekwensinya. Bila yang kedua yang Anda pilih, maka Anda akan menjadi orang jenis ketiga, juga lengkap dengan resikonya.

Orang jenis ketiga ini adalah orang yang memulai harinya dengan mimpi, kemudian bekerja keras sepanjang sisa harinya untuk merealisasikan mimpinya.

Namanya juga mimpi, awalnya memang serba tidak jelas. Mimpi itu seperti snapshot – snapshot foto dari beberapa kejadian yang belum nyambung satu sama lain. Maka pekerjaan pertama Anda dengan mimpi Anda adalah merangkai snapshot-snapshot tersebut menjadi rangkaian foto yang menggambarkan sesuatu yang lebih jelas.

Bila gambaran tersebut sudah begitu jelas bagi Anda, itulah sudah terjadi metamorphosis dari mimpi Anda
menjadi visi Anda. Tantangan berikutnya tinggal Anda bekerja keras lagi untuk menjabarkan visi menjadi strategi dan aksi.

Pada tahap implementasi ke strategi dan aksi inilah risiko demi resiko bermunculan. Betapa banyak ide cemerlang yang tidak menghasilkan apa-apa karena dia tidak dituangkan dalam strategy yang tepat dan aksi
yang paripurna.

Resiko menjadi lebih besar lagi manakala apa yang Anda visikan adalah hasil proses ide kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang unique, yang belum pernah dilakukan atau diciptakan oleh orang sebelumnya.

Andalah orang pertama itu, Andalah yang babat alas untuk membuat peta wilayah baru – Anda harus siap diterkam harimau, dipatok ular dan digigit serangga ganas.

Resiko memang besar, tetapi bila Anda berhasil maka rasa puas dan syukur Anda insyaAllah juga lebih besar. Andalah pionir yang banyak-banyak dibutuhkan negeri ini untuk mengolah segala sumber daya yang melimpah, Andalah pahlawan yang dibutuhkan untuk menciptakan lapangan kerja dan mencegah kemiskinan di negeri yang mestinya kaya ini.

Maka beranilah bermimpi, tetapi tidak berhenti hanya bermimpi. Beranilah memulai dengan bermimpi tetapi kemudian isilah hari-hari Anda dengan kerja keras untuk mewujudkan mimpi itu. InsyaAllah.

Oleh : Muhaimin Iqbal

Minggu, 09 Desember 2012

ANTARA VISI, MIMPI DAN DO'A


Dalam sejarah dunia abad lalu, ada pemimpin dunia yang sangat terkenal akan kekuatan visinya yaitu John F. Kennedy. Di hadapan Konggres Amerika pada tahun 1961 dia mengungkapkan  visinya bahwa bangsa Amerika harus bisa mencapai bulan sebelum akhir dekade itu.

Di tengah bangsa Amerika yang lagi limbung sebenarnya visi ini jauh melampaui jamannya. Visi ini muncul ketika bangsa Amerika ragu apakah jalan hidup yang mereka pilih sudah benar, apakah bukannya komunis yang benar karena saat itu komunis  lagi menghebohkan dengan keberhasilan Soviet meluncurkan satelit yang mengorbit bumi. Bahkan bangsa Amerika lagi nggumun-nggumun-nya dengan keberhasilan soviet mengirim kosmonot Yuri Gagarin ke antariksa.

Namun sekitar delapan tahun kemudian, meskipun JFK sendiri sudah meninggal – visinya teralisasikan dengan sejarah Neil Amstrong dan Buzz Aldrin sebagai manusia-manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan pada tanggal 20 Juli 1969.

Jadi visi lebih penting ketimbang sumber daya dan kondisi yang melingkungi manusia itu sendiri. Dengan sumber daya melimpah tetapi tidak didukung oleh visi yang jelas – maka sumber daya yang melimpah ini tidak akan banyak manfaatnya.

Sebaliknya dengan sumber daya yang terbatas dan dengan lingkungan yang tidak sepenuhnya kondusif sekalipun, pemimpin yang mempunyai visi yang kuat akan bisa mengeluarkan rakyatnya dari penderitaan dan bahkan bisa menjadi bangsa pemenang – meskipun tidak harus tercapai pada saat dia memimpin.

Lantas bagaimana kita tahu apakah kita sudah memiliki visi yang jelas atau kita baru sekedar bermimpi ?. Bedanya terletak pada jabaran-nya. Visi yang jelas dapat dijabarkan menjadiMission, Goals, Strategies dan Action Plans sampai sedetilnya. Sedangkan mimpi tidak perlu penjabaran, Anda bisa saja mimpi lagi menikmati liburan di Paris tetapi berangkatnya naik sepeda dari Depok – namanya juga mimpi, boleh-boleh saja dan tidak perlu penjelasan detil.

Perbedaan antara visi dan mimpi ini pulalah yang antara lain membedakan sedikit karyawan yang benar-benar pindah kwadrant menjadi pengusaha, dengan mayoritas karyawan yang tetap menjadi karyawan sampai pensiun – padahal sejak awal bekerja yang mayoritas ini juga bervisi (sebenarnya masih mimpi) menjadi pengusaha. Golongan yang pertama menjabarkan visinya dan berbuat (action plans) maka sampailah apa yang di-visi-kannya; golongan kedua tidak bermuat apa-apa dengan mimpinya – maka mimpi tetap menjadi mimpi.

Dalam hal visi ini, sebagai umat Islam kita sesungguhnya punya contoh tauladan yang jauh lebih agung dari John F. Kennedy. Tauladan kita adalah bapak para nabi yaitu Nabi Ibrahim A.S.  Bayangkan ditengah padang pasir yang gersang tidak ada pepohonan, di tempat yang sangat jauh dari keramaian manusia – nabi Ibrahim sudah memiliki visi yang sangat jelas akan seperti apa tempat itu nantinya. Visi ini dituangkan dalam do’a-do’a-nya yang diabadikan di Al-Qur’an antara lain sebagai berikut :

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian… ". (QS 2 :126)

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS 14:137).

Kini ribuan tahun kemudian, visi itu benar-benar terwujud. Kita bisa menikmati buah-buahan apa saja di Mekkah, meskipun buah-buahan itu sendiri tidak ditanam disana. Buah-buahan, makanan, pakaian dan berbagai kebutuhan manusia mengalir bak air bah dari seluruh dunia ke tempat yang di visikan nabi Ibrahim tersebut diatas. Lebih dari itu manusia yang berduyun-duyun ke Mekkah juga mayoritasnya memiliki  satu tujuan saja yaitu menyembah Allah semata yang dimanifestasikan dalam bentuk sholat.

Nah, kalau Kennedy saja yang tidak membaca petunjuk Al-Qur’an bisa membawa bangsanya mencapai bulan. Kita yang dituntun dengan petunjuk dan contoh yang sempurna dari Al-Qur’an dan Hadits – sudah seharusnya dapat berbuat lebih dari yang dilakukan oleh JFK.
Bukan hanya petunjuk dan contoh yang sangat komprehensif yang kita punya, tetapi juga kita dibekali dengan do’a-do’a yang matsur seperti yang dilafalkan Nabi Ibrahim tersebut diatas.
Ayo sekarang kita semua, mulai dari diri kita – bangun dari mimpi-mimpi kita dan mulai membangun visi sambil tidak berhenti untuk terus berdo'a. Semoga Allah menunjuki jalanNya untuk kita semua…Amin.

by: Muhaimin Iqbal

Selasa, 21 Juni 2011

MELEJITKAN BISNIS DENGAN FORMULA 7S

HidupBerkah.comDinamika kompetisi bisnis terus berlangsung nyaris tanpa rehat. Disana setiap organisasi terus didorong memeras peluh demi pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Disana nyaris tak ada kata maaf bagi perusahaan yang hanya menghasilkan produk abal-abal; atau memberikan pelayanan yang kering akan inovasi. Disana, setiap buku sejarah akan mencatat siapa organisasi yang terus bisa mengibarkan benderanya, dan siapa yang harus mengucapkan salam sayonara.
Dalam konteks itulah, para pelaku bisnis beruntung lantaran mereka pernah mengenal sebuah jurus yang bertajuk formula 7S. Sejatinya, skema 7S ini dirajut pertama kali oleh McKinsey, sebuah lembaga konsultan manajemen paling prestisius di kolong jagat. Meski diciptakan sekitar 30 tahun silam, formula ini rasanya masih memiliki relevansi yang kuat dengan dunia bisnis mutakhir. Dan karena itulah, kita mencoba membincangkannya pada kesempatan kali ini.
Formula 7S sendiri pada dasarnya merupakan singkatan dari 7 dimensi yang dianggap merupakan pilar bagi tegaknya sebuah kejayaan bisnis. Mari kita mencoba menelisiknya satu per satu.
S yang pertama merujuk pada kata Strategy – atau sebuah elemen vital yang acap menentukan wajah organisasi bisnis ditengah persaingan yang brutal. Yamaha pada tahun 2010 ini akan menjadi nomer satu di tanah air lantaran strategi brilian mereka beberapa tahun silam : yakni ketika mereka menggebrak pasar dengan motor skutik, jauh mencuri start dibanding Honda yang kini tengah kalang kabut. Aqua menjadi nomer satu hingga hari ini lantaran strategi mereka yang sangat dramatis : melakukan inovasi radikal dengan membuat air mineral sebagai minuman utama – sesuatu yang nyaris dianggap sebagai kegilaan ketika pertama kali dimunculkan.
S yang kedua adalah Structure. Duh, berapa diantara kita yang acap frustasi lantaran bebalnya rantai birokrasi di kantor, atau karena lenyapnya komunikasi produktif antar bagian/departemen. Ini semua mungkin terjadi karena bentuk struktur organisasi yang tidak ramping. Atau juga struktur yang terlalu kaku sehingga menciptakan tembok-tembok pembatas yang kokoh diantara departemen yang ada dalam organisasi. Pesannya jelas : bentuk struktur yang tidak pas ternyata diam-diam bisa berdampak sangat destruktif bagi kinerja bisnis.
S yang ketiga adalah System. Astra menjadi handal lantaran mereka punya sistem pengembangan SDM yang cemerlang. BCA menjadi terdepan lantaran mereka punya sistem IT perbankan yang paling pioner diantara yang lainnya. Dan Apple berkali-kali membuat orang terkesima dengan produknya yang cantik nan eksotis lantaran mereka punya sistem inovasi yang mempesona. Jadi bagaimana dengan sistme pada kantor dimana Anda bekerja? Apakah sistem manajemen mutu-nya sudah oke? Apakah sistem pengembangan SDM-nya sudah prima? Atau apakah sistem IT-nya sudah ekselen?
S yang keempat dan kelima adalah Skills dan Staff. Kedua elemen ini saling berkaitan erat : esensinya adalah bagaimana sebuah perusahaan mesti secara konstan mengembangkan ketrampilan (skills), sikap kerja dan pengetahuan para karyawannya. Merujuk pada best practice di Asia, setiap perusahaan sebaiknya memberikan training minimal 40 jam (5 hari) setiap tahun kepada setiap karyawannya. Tentu saja pelatihan dan pengembangan skills ini selalu harus juga disertai dengan skema monitoring yang sistematis; untuk memastikan bahwa skills itu bisa diaplikasikan buat melejitkan kinerja bisnis.
S yang keenam dan ketuju adalah Style dan Shared Values. Style merujuk pada gaya kepemimpinan (leadership style) yang ada dalam organisasi. Sementara shared values adalah nilai budaya kerja yang hidup ditengah organisasi tersebut. Kedua elemen ini biasanya saling berkelindan. Gaya kepemimpinan dari top management (terutama owner) yang visioner cenderung akan menghasilkan budaya organisasi yang visoner pula.
Kedua elemen tersebut memiliki peran yang amat penting bagi kinerja bisnis. Kepemimpinan yang tangguh pada semua lini, dan terutama pada jajaran top management, akan memberikan dampak yang dramatis bagi peningkatan kinerja bisnis. Kepemimpinan yang tangguh ini juga diharapkan akan memberikan kontribusi penting bagi tumbuh dan mekarnya budaya organisasi yang berorierntasi pada prestasi atau performance-based culture. Dan bukan budaya kerja yang saling menyalahkan, budaya kerja dengan mutu pas-pasan, atau budaya kerja yang miskin kreativitas.
Demikianlah 7 pilar kunci yang mesti dirawat dengan penuh ketulusan. Jika segenap elemen ini bisa dirajut dengan optimal, maka sinergi 7 pilar ini niscaya akan membuka rute bagi perjalanan bisnis yang cemerlang. Sebaliknya, jika 7 pilar itu terus diabaikan maka gerak kinerja bisnis akan selalu terkoyak penuh luka. Dan itu artinya : sebentar lagi kidung kematian (alias kebangkrutan bisnis) mungkin harus segera dilantunkan.